- Baznas Lombok Timur Apresiasi Para Muzaki
- Sultan Deli XIV Jadi Duta Zakat dan Wakaf
- Korporasi Pro Israel Tebar Pesona CSR untuk Palestina
- Bela Palestina Bergemuruh di Negara NATO
- Bank Aceh Berzakat ke Baitul Mal Abdya Rp 500 Juta
- Potensi Zakat Kaltim Rp6 T, Baru Terhimpun Rp20 M
- Potensi Zakat Profesi ASN Lumajang Rp10 M per Tahun
- UIN Datokarama Manfaatkan Zakat untuk Beasiswa Cemerlang
- Indahnya Sabar
- Baznas Salurkan Program Z-Auto di Kulonprogo
Padi untuk Negeri
Khesya Putri

Keterangan Gambar : Foto: Asisten AI
Di sebuah desa kecil di lereng gunung, pagi itu sawah hijau membentang seperti permadani. Angin berhembus lembut, menggerakkan batang padi yang mulai menguning. Para petani sudah bersiap merayakan Hari Tani Nasional. Pak Rahman, seorang petani berusia lima puluh tahun, menatap sawahnya dengan mata berbinar. Dulu, ia hampir menyerah. Modal terbatas, pupuk mahal, dan hasil panen tak menentu membuatnya terjerat utang. Namun, tahun lalu ada titik balik. BAZNAS datang ke desanya. Melalui program Zakat Produktif Pertanian, para petani diberi modal tanpa riba, bibit unggul, dan pelatihan pengelolaan hasil panen. “Ini bukan sekadar bantuan,” kata seorang pendamping dari BAZNAS saat itu, “tapi amanah dari umat untuk memberdayakan sesama.” Pak Rahman ingat betul, bagaimana dulu ia meneteskan air mata ketika menerima zakat dalam bentuk pupuk dan benih. Kini, sawahnya tumbuh subur. Ia tidak lagi menjadi mustahik, tetapi sudah mulai berubah menjadi muzaki kecil-kecilan. Dari hasil panen, ia sisihkan sebagian untuk zakat pertanian yang kembali dikelola BAZNAS. Hari ini, dalam perayaan sederhana di balai desa, para petani berkumpul. Ada pasar tani, ada tumpeng dari hasil bumi, dan ada doa bersama. Anak-anak berlari membawa bendera kecil bertuliskan “Hari Tani Nasional: Petani Kuat, Negeri Sejahtera.” Pak Rahman berdiri di depan mikrofon. “Dulu, saya hampir meninggalkan sawah,” ucapnya dengan suara bergetar. “Tapi berkat zakat produktif yang dikelola BAZNAS, saya bisa bangkit. Inilah bukti bahwa filantropi Islam bukan hanya tentang memberi, tapi juga tentang memberdayakan.” Orang-orang bertepuk tangan. Ibu-ibu tersenyum bangga. Para pemuda yang dulu enggan turun ke sawah kini mulai tertarik belajar lagi, karena mereka melihat pertanian bisa kembali menjanjikan jika dikelola dengan baik. Di akhir acara, panitia mengumumkan bahwa sebagian hasil panen tahun ini akan disalurkan untuk membantu petani di desa lain yang masih kesulitan. “Dari petani untuk petani, dari zakat untuk umat,” begitu tulis spanduk besar di panggung. Matahari condong ke barat. Pak Rahman pulang dengan langkah ringan. Di pundaknya masih menempel bau lumpur sawah, tapi di dadanya ada semangat baru: semangat bahwa filantropi Islam yang dijalankan BAZNAS telah mengubah air mata kesusahan menjadi senyum keberdayaan. Hari Tani kali ini bukan hanya perayaan hasil bumi, tapi juga perayaan gotong royong dalam bingkai zakat yang menghidupkan kembali harapan. Sejak itu, Hari Tani tak hanya dimaknai sebagai pesta panen, melainkan juga momentum bersyukur. Zakat yang dikelola BAZNAS menjadi jembatan rezeki, mengikat doa petani dan harapan bangsa.Baca Lainnya :
