Kepak Sayap Berbagi Komunitas Filantropi
Firda Nurhalizah

By Revolusioner 22 Sep 2025, 13:24:47 WIB Cerpen
Kepak Sayap Berbagi Komunitas Filantropi

Keterangan Gambar : Dok: Asisten AI


Tanggal 28 September tiba dengan langit cerah. Aula di sebuah kelurahan, penuh dengan tenda dan kursi plastik yang tersusun rapi. Spanduk bertuliskan “Selamat Hari Komunitas Nasional: Bersatu untuk Berbagi” menggantung di depan.

Di antara keramaian itu, Aisyah, seorang relawan muda, sibuk mengatur berkas acara. Ia menjadi bagian dari komunitas pemuda yang bermitra dengan lembaga amil zakat untuk menjalankan berbagai program sosial. Baginya, peringatan Hari Komunitas Nasional bukan sekadar seremoni, tetapi ajang untuk menunjukkan bahwa komunitas bisa menjadi jembatan kebaikan.

“Syukurlah, semua sudah siap,” gumam Aisyah sambil menata meja registrasi.

Baca Lainnya :

Beberapa menit kemudian, acara dimulai dengan sambutan. Seorang perwakilan lembaga amil zakat menjelaskan pentingnya kolaborasi.

“Komunitas adalah mitra strategis dalam distribusi zakat, infak, dan sedekah. Melalui komunitas, kita bisa memastikan bantuan tepat sasaran sekaligus memberdayakan umat,” ucapnya.

Kata-kata itu membuat Aisyah teringat pengalamannya setahun lalu. Saat itu, komunitasnya bekerja sama dengan lembaga zakat untuk memberikan modal usaha kepada ibu-ibu penjual makanan di lingkungannya. Kini, usaha mereka berkembang, bahkan sebagian bisa menyisihkan pendapatan untuk kembali berinfak.

Acara dilanjutkan dengan pameran komunitas. Ada komunitas literasi yang membuka lapak buku gratis, komunitas lingkungan dengan bibit pohon, dan komunitas kesehatan yang menyediakan pemeriksaan tekanan darah. Stand yang paling ramai adalah komunitas binaan lembaga zakat yang memamerkan produk UMKM dari penerima manfaat.

Seorang bapak paruh baya bercerita kepada pengunjung, “Dulu saya hanya pekerja serabutan. Setelah dapat pelatihan dan modal dari program zakat, sekarang saya bisa buka bengkel kecil. Alhamdulillah, hidup lebih tenang.”

Mendengar itu, Aisyah menahan haru. Ia sadar bahwa zakat bukan hanya angka, tetapi cerita nyata yang mengubah kehidupan.

Menjelang sore, semua komunitas berkumpul di lapangan untuk menutup acara dengan doa bersama. Mereka berpegangan tangan, melingkar, simbol persatuan tanpa sekat.

Aisyah menatap sekeliling dengan bangga. Ia melihat wajah-wajah penuh harapan: anak-anak, ibu-ibu, pemuda, hingga lansia. Dalam hati ia berdoa, “Semoga komunitas dan filantropi Islam terus berjalan seiring, agar tidak ada lagi yang merasa sendirian.”

Hari itu, ia belajar satu hal penting bahwa komunitas adalah kekuatan, zakat adalah bahan bakarnya, dan bersama keduanya, umat bisa melangkah menuju kemandirian. Mereka sedang mengepakkan sayap-sayap berbagi dari komunitas filantropi yang penuh berkah dan rahmat Ilahi. 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment