- Baznas Lombok Timur Apresiasi Para Muzaki
- Sultan Deli XIV Jadi Duta Zakat dan Wakaf
- Korporasi Pro Israel Tebar Pesona CSR untuk Palestina
- Bela Palestina Bergemuruh di Negara NATO
- Bank Aceh Berzakat ke Baitul Mal Abdya Rp 500 Juta
- Potensi Zakat Kaltim Rp6 T, Baru Terhimpun Rp20 M
- Potensi Zakat Profesi ASN Lumajang Rp10 M per Tahun
- UIN Datokarama Manfaatkan Zakat untuk Beasiswa Cemerlang
- Indahnya Sabar
- Baznas Salurkan Program Z-Auto di Kulonprogo
Samudera Pahala Penerang Bahtera
Khesya Putri Pratama Dhavira

Keterangan Gambar : Asisten AI
Angin laut berhembus lembut di pagi itu. Di sebuah desa pesisir, para nelayan mulai menurunkan jaring-jaringnya ke perahu. Hari itu istimewa, karena bertepatan dengan Hari Maritim Nasional. Namun bagi Pak Rahman, seorang nelayan sederhana, hari tersebut hanya terasa seperti hari-hari biasanya: berjuang melawan ombak untuk membawa pulang rezeki.
Sejak beberapa bulan terakhir, hasil tangkapannya semakin berkurang. Harga ikan pun tidak stabil, membuat kehidupannya semakin berat. Sering kali ia pulang dengan wajah murung karena tidak bisa membawa uang cukup untuk membeli beras.
Namun, siang itu, masjid kampungnya ramai oleh kedatangan para relawan dari BAZNAS. Mereka datang dengan membawa program pemberdayaan ekonomi untuk nelayan. Tak hanya memberikan bantuan modal usaha, BAZNAS juga menyalurkan peralatan tangkap modern, pelatihan pengolahan hasil laut, serta program pendidikan bagi anak-anak pesisir.
Baca Lainnya :
- Cahaya Maulid di Kampung Nelayan0
- Aqeela, Aksara Tanpa Kata0
- Denyut Kemanusiaan dari Detak Jantung Kebajikan0
- Padi untuk Negeri0
- Rezeki yang Terbagi, Hati yang Tersambung0
“Ini semua berasal dari zakat, infak, dan sedekah umat Islam yang disalurkan melalui BAZNAS. Harapannya, bapak-ibu nelayan bisa lebih sejahtera dan mandiri,” jelas seorang relawan dengan senyum hangat.
Pak Rahman terkejut sekaligus haru. Ia menerima bantuan berupa jaring ramah lingkungan dan modal kecil untuk mengembangkan usaha olahan ikan asin. Anaknya, Fadli, bahkan terdaftar sebagai penerima beasiswa sekolah agar kelak tidak harus melawan ombak seperti ayahnya jika ia ingin menempuh jalan lain.
Malamnya, saat seluruh warga berkumpul untuk memperingati Hari Maritim Nasional, Pak Rahman berdiri di depan warga. Dengan suara bergetar ia berkata:
“Selama ini kami sering merasa ditinggalkan, seolah-olah hidup di tepi laut berarti hidup di tepi harapan. Tapi hari ini saya belajar, filantropi Islam yang dijalankan BAZNAS adalah bentuk nyata dari cinta sesama. Ini adalah warisan Nabi kita, yang selalu mengajarkan untuk memperhatikan yang lemah. Semoga dengan ini, laut bukan lagi tempat menguji kesabaran semata, tapi juga lautan berkah untuk seluruh umat.”
Masyarakat menitikkan air mata haru. Suasana pesisir malam itu tak hanya diterangi lampu-lampu nelayan, tapi juga oleh cahaya kepedulian. Hari Maritim Nasional menjadi lebih bermakna, karena diiringi dengan semangat berbagi dan kepedulian yang meneladani ajaran Rasulullah SAW. Hujan kebaikan yang mereka tumpahkan menjadi samudera pahala yang menerangi bahtera yang semakin berdaya.
