- Baznas Lombok Timur Apresiasi Para Muzaki
- Sultan Deli XIV Jadi Duta Zakat dan Wakaf
- Korporasi Pro Israel Tebar Pesona CSR untuk Palestina
- Bela Palestina Bergemuruh di Negara NATO
- Bank Aceh Berzakat ke Baitul Mal Abdya Rp 500 Juta
- Potensi Zakat Kaltim Rp6 T, Baru Terhimpun Rp20 M
- Potensi Zakat Profesi ASN Lumajang Rp10 M per Tahun
- UIN Datokarama Manfaatkan Zakat untuk Beasiswa Cemerlang
- Indahnya Sabar
- Baznas Salurkan Program Z-Auto di Kulonprogo
Kereta Harapan
Khesya Putri Pratama Dhavira

Keterangan Gambar : Asisten AI
Suara peluit kereta api terdengar nyaring di Stasiun Tugu pagi itu. Hiruk pikuk penumpang bercampur dengan semangat perjalanan. Hari itu, 28 September, bangsa Indonesia memperingati Hari Kereta Api Nasional.
Di tengah keramaian, seorang pemuda bernama Rizky duduk termenung di bangku peron. Ia baru saja menempuh perjalanan panjang dari kampungnya untuk merantau ke kota besar. Bukan untuk jalan-jalan, melainkan demi melanjutkan kuliah dengan beasiswa yang ia terima.
Rizky adalah anak yatim dari keluarga sederhana. Ibunya berjualan sayur di pasar kecil, sementara ia membantu setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Selama bertahun-tahun, cita-citanya untuk kuliah hampir pupus karena keterbatasan biaya. Namun hidupnya berubah ketika ia menjadi penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS.
Baca Lainnya :
- Angka-Angka yang Menghidupkan0
- Mimpi yang Menyala di Hari Sarjana0
- Samudera Pahala Penerang Bahtera0
- Cahaya Maulid di Kampung Nelayan0
- Aqeela, Aksara Tanpa Kata0
Beasiswa itu membawanya menjejak rel baru dalam hidup. Kini ia tidak hanya bisa melanjutkan pendidikan, tetapi juga mendapatkan bimbingan karakter dan pengembangan diri dari program filantropi Islam yang dijalankan BAZNAS.
Ketika kereta mulai bergerak, Rizky menatap jendela. Rel panjang yang membentang bagai perjalanan hidupnya sendiri. Ada tanjakan, ada tikungan, bahkan ada pemberhentian. Namun rel itu tetap mengantarnya ke tujuan, sama seperti zakat yang dikelola BAZNAS: menghubungkan kebaikan dari para muzakki hingga sampai kepada mustahik yang membutuhkan.
Beberapa bulan kemudian, di Hari Kereta Api Nasional, kampus Rizky mengadakan acara bakti sosial di stasiun kecil. Rizky diminta memberikan testimoni di depan para relawan. Dengan suara bergetar ia berkata:
“Kereta api menghubungkan kota ke kota, sementara filantropi Islam menghubungkan hati manusia. Jika bukan karena zakat, mungkin saya tidak bisa berdiri di sini sebagai mahasiswa. Terima kasih kepada semua yang telah peduli. Doa saya, semoga rel-rel kebaikan ini terus berjalan tanpa henti, membawa banyak orang menuju masa depan yang lebih baik.”
Sorak tepuk tangan mengisi ruangan. Seorang relawan BAZNAS menepuk pundaknya dengan bangga. Bagi Rizky, Hari Kereta Api Nasional bukan hanya peringatan sejarah transportasi, tetapi juga lambang perjalanan panjang menuju harapan.
Kereta itu terus melaju, begitu pula mimpi Rizky yang kini berjalan di atas rel keberkahan.
