Kereta Harapan
Khesya Putri Pratama Dhavira

By Revolusioner 22 Sep 2025, 14:21:31 WIB Cerpen
Kereta Harapan

Keterangan Gambar : Asisten AI


Suara peluit kereta api terdengar nyaring di Stasiun Tugu pagi itu. Hiruk pikuk penumpang bercampur dengan semangat perjalanan. Hari itu, 28 September, bangsa Indonesia memperingati Hari Kereta Api Nasional.

Di tengah keramaian, seorang pemuda bernama Rizky duduk termenung di bangku peron. Ia baru saja menempuh perjalanan panjang dari kampungnya untuk merantau ke kota besar. Bukan untuk jalan-jalan, melainkan demi melanjutkan kuliah dengan beasiswa yang ia terima.

Rizky adalah anak yatim dari keluarga sederhana. Ibunya berjualan sayur di pasar kecil, sementara ia membantu setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Selama bertahun-tahun, cita-citanya untuk kuliah hampir pupus karena keterbatasan biaya. Namun hidupnya berubah ketika ia menjadi penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS.

Baca Lainnya :

Beasiswa itu membawanya menjejak rel baru dalam hidup. Kini ia tidak hanya bisa melanjutkan pendidikan, tetapi juga mendapatkan bimbingan karakter dan pengembangan diri dari program filantropi Islam yang dijalankan BAZNAS.

Ketika kereta mulai bergerak, Rizky menatap jendela. Rel panjang yang membentang bagai perjalanan hidupnya sendiri. Ada tanjakan, ada tikungan, bahkan ada pemberhentian. Namun rel itu tetap mengantarnya ke tujuan, sama seperti zakat yang dikelola BAZNAS: menghubungkan kebaikan dari para muzakki hingga sampai kepada mustahik yang membutuhkan.

Beberapa bulan kemudian, di Hari Kereta Api Nasional, kampus Rizky mengadakan acara bakti sosial di stasiun kecil. Rizky diminta memberikan testimoni di depan para relawan. Dengan suara bergetar ia berkata:

“Kereta api menghubungkan kota ke kota, sementara filantropi Islam menghubungkan hati manusia. Jika bukan karena zakat, mungkin saya tidak bisa berdiri di sini sebagai mahasiswa. Terima kasih kepada semua yang telah peduli. Doa saya, semoga rel-rel kebaikan ini terus berjalan tanpa henti, membawa banyak orang menuju masa depan yang lebih baik.”

Sorak tepuk tangan mengisi ruangan. Seorang relawan BAZNAS menepuk pundaknya dengan bangga. Bagi Rizky, Hari Kereta Api Nasional bukan hanya peringatan sejarah transportasi, tetapi juga lambang perjalanan panjang menuju harapan.

Kereta itu terus melaju, begitu pula mimpi Rizky yang kini berjalan di atas rel keberkahan. 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment